Search This Blog

BERBAGI NIKMATNYA MEMEK ISTRI KU


Pertama-tama saya ingin memperkenalkan namaku sebagai Budi dan kisah tak terlupakan ini terjadi pada hari ini dimana sedang menyiapkan pesta Tahun Baru, Akan tetapi aku mencoba merayakan Tahun Baru dengan caraku sendiri bersama istriku Gina dan teman baikku yang bernama Ronal di malam Tahun Baru.

Waktu bertemu istriku Gina memakai pakaian blouse kaos ketat putih dan panjangnya sampai tengah pahanya sehingga paha putih mulus akan terlihat jelas, blouse berwarna putih berbahan tipis dan di bagian atas model tali terkait ke bahunya. Blousenya itu mencetak jelas body dan buah dadanya yang berukuran 36B dan dari bokongnya yang nungging terbentuk bulatan penuh menyerupai gunung kembar terlihat celana dalam kecil dan tipis tercetak di blouse bagian belakangnya, paha putih mulusnya jika selagi duduk terlihat celana dalam tipisnya yang berwarna hitam sungguh seksi malam ini.

Ronal tersenyum senang ketika bertemu apalagi melihat Gina terlihat seksi kulihat dia beberapa kali mencuri pandang ke Gina dan ketika kami bertiga berjalan dengan mobil dia beberapa kali berbicara dengan Gina sambil membalikkan tubuhnya ke belakang karena Gina duduk di belakang sementara aku terus menyetir mobil menuju ke tempat karaoke.

Kita memang ingin santai terutama aku karena untuk melepas stress akibat pekerjaan, bernyanyi dan tertawa di ruang tertutup tentu lebih enak dan puas. Memang betul, dicoba saja walaupun suara anda pas-pasan atau fals, tidak usah anda pikirkan karena semua teman anda tahu bahwa anda bernyanyi dan menikmati suasana untuk melepas beban kerjaan, teriak-teriak saja boleh kok! asal teman anda jangan pada budeg saja jadinya.

Kami bertiga masuk keruangan VIP room di VIP ini ada kursi mebel yang panjang berbentuk huruf U kamar tidur tersendiri dan kamar mandi dalam lengkap. Setelah memesan makanan dengan satu picher bir dan nasi goreng berikut kentang goreng plus kacang mede, kami bernyanyi bersama dan kadang sendiri diselang-seling dengan dansa bertiga dan joged berdua pokoknya semua happy. Setelah tuntas makan dan minum kembali bernyanyi setelah melihat suasana telah menghangat aku melihat antara Ronal dan Gina adanya perasaan ingin berbincang tanpa adanya aku, maka aku mengambil inisiatif untuk ke bawah, bilangnya untuk mengambil rokok, padahal tinggal pesan saja ke kamar rokok dapat di antar ke kamar. Bagaimanapun juga peristiwa yang lalu sudah berlangsung cukup lama sehingga mereka agak cukup riskan juga untuk lebih mengakrabkan suasana yang ada.

Ini terlihat ketika beberapa kali Ronal berusaha lebih mendekatkan diri ke Gina dengan posisi duduk Gina di antara kami berdua terlihat. Ronal kadang dengan ragu meletakkan tangannya di pundak Gina apabila Gina merebahkan badannya ke sofa, kadang dengan pura-pura bercanda tangannya diletakkan di paha Gina dan Gina juga terlihat canggung, kadang mencubit paha Ronal kadang merebahkan kepala dan badannya ke pundak Ronal dan kepadaku juga dia melakukan hal itu.
Akhirnya, "Aku ke bawah dulu ya... mau beli rokok di mobil." kataku. Kulihat Ronal tersenyum, "Saya kalau bisa Sampoerna..." kata Ronal. Gina hanya tersenyum, "Yaa sudah saya cariin deh kalau ada warung rokok di seberang jalan," kataku memberi kesempatan ke mereka berdua untuk waktu yang agak memungkinkan mereka lebih mengakrabkan suasana yang ada karena bagaimanapun Gina adalah kekasihku dan Ronal adalah teman baikku yang sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri. Aku keluar ruangan dan segera mengambil rokok di mobil dan segera naik kembali ke atas. Aku sengaja tidak masuk ke dalam ruangan, tapi karena kulihat pintunya yang sebagian tengahnya dari kaca gelap maka aku dapat melihat ke dalam. Aku ingin tahu apa mereka telah akrab kembali? Kebetulan di lantai atas suasananya sepi dan dari luar kaca itu aku dapat melihat ke dalam, karena di dalam ruangan itu lampunya dalam keadaan hidup sementara di luar dalam keadaan gelap. Biasanya di dalam dimatikan dan hanya diterangi dari cahaya TV yang menyala. Kulihat ternyata posisi Ronal telah berubah sekarang. Mereka terlihat sedang saling berpelukan mesra. Kulihat tangan Gina melingkar ke belakang leher Ronal, sementara tangan Ronal juga memeluk pinggang Gina. Ronal sedang mencium bibir Gina dan ternyata Gina membalas dengan menengadahkan kepalanya ke atas. Mereka saling melumat, terlihat dari gerakan kepala Ronal dan Gina yang saling berpindah posisi miring kiri dan kanan dengan penuh emosi mereka berdua tengah saling mempermainkan lidahnya. Setelah cukup lama maka tangan Ronal mulai merayapi lekuk lekuk tubuh Gina. Kadang tangannya meremas bongkahan bokong Gina dan perlahan merayap ke atas dan sampai ke gundukan bukit buah dada Gina dan dengan remasan perlahan tapak tangannya lalu membuat gerakan meremas dan memutar seperti memijat.

Ketika Gina menengadahkan kepalanya ke samping segera Ronal menundukan kepalanya ke gundukan buah dada Gina dan melakukan gerakan mencium buah dadanya dari luar blouse sambil menciumi dada Gina. Dari luar, tangan Ronal menarik tali di pundak kiri Gina lalu menarik tali itu ke bawah melewati tangannya karena dia tidak memakai BH. Maka tersembulah buah dadanya bagian kiri dengan daging yang putih mulus dengan putingnya yang telah mengeras di muka Ronal. Dengan perlahan lidah Ronal menyapu gundukan bukit buah dada Gina dan kadang menghisap perlahan puting Gina. Kulihat Gina memejamkan matanya dan mulutnya terbuka. Aku tidak dapat sama sekali mendengar erangan dan desahan Gina karena ruangan itu kedap suara dan juga adanya suara lagu-lagu yang terus berputar di ruangan itu. Tapi itu tidak menghalangi keinginanku untuk terus melihat dari luar tanpa berusaha untuk masuk ke dalam kamar karena aku sudah berjanji kepada Ronal bahwa aku akan membagi semua milikku kepadanya termasuk kekasihku dan aku akan ceritakan di lain kesempatan bagaimana Ronal juga memberikan adiknya kepadaku.

Gina telah birahi, dia menggelinjangkan badannya ketika Ronal terus menghisap putingnya. Sementara tangan kanannya mengangkat pinggul Gina ke atas dan Gina dengan pasrah mengikuti gerakan tangan Ronal yang mengangkat blouse ketat Gina ke atas. Blouse itu berhenti di atas pinggulnya sehingga sebagian pinggulnya yang putih mulus itu telah berada di dalam genggaman tangan Ronal. Tangan itu terus mengusap dan membelai paha jenjang, sementara celana dalam hitam Gina yang tipis terlihat jelas dan gundukan daging liang kemaluannya tercetak di kain penutup celananya juga terlihat remang-remang bulu-bulu kemaluannya keluar dari atas celana dalam mini Gina. Tangan Ronal yang kiri kulihat membuka reitsleting celana jeansnya dan kulihat tangannya mengeluarkan kejantanannya yang ternyata telah menegang dan besar lalu mengarahkan tangan Gina untuk memegang batang kejantanannya.

Gina dengan perlahan memegang batang kemaluan tersebut, dan secara perlahan lama kelamaan mulai mengurut batangan itu ke atas ke bawah dan mereka berdua terus memberikan rangsangan kepada lawannya masing-masing. Tangan ronal kadang meremas bongkahan pantat Gina dan meremas pinggul Gina. Sementara Gina tangannya terus mengurut batang kemaluannya ke atas ke bawah. Cukup lama mereka melakukan hal itu. Kurasa mereka berdua saling mendesah dan mengerang terlihat dari gerakan bibir dan mulut Ronal dan Gina yang kadang terbuka dan tertutup. Kadang mereka saling bicara diselingi ciuman mesra layaknya orang bercumbu penasaran dan cemburu pasti ada pada diriku tapi dorongan untuk melihat tindakan mereka berdua lebih kuat di otakku saat ini.

Blouse Gina, tali dipundaknya telah terlepas kedua-duanya ke bawah sehingga blouse tersebut kini terlipat di tengah badan Gina, bibir dan lidah Ronal berganti-ganti mengisap dan melumat bukit dada Gina kiri dan kanan membuatnya mengerang dan menggelinjang badannya. Kulihat Ronal berkata sesuatu ke Gina dan tangan Ronal mengangkat Gina ke pangkuannya kulihat Ronal duduk menyandarkan badannya ke belakang. Sementara Gina duduk di pangkuan Trisno, dengan mesranya tangan Ronal meremas bongkahan pantat Gina sementara mulut mereka berdua saling lumat saling bermain lidah dan kadang tangan Trisno keduanya meremas kedua bukit dada Gina dan Gina pun karena terangsang mulai menggerakkan perlahan pinggulnya maju mundur. Rupanya batang kemaluan Trisno tengah digesek-gesekkan ke belahan kemaluan Gina walaupun Gina tetap memakai celana mininya yang tipis, tapi aku yakin Gina merasakan gesekan batang kemaluan Ronal di belahan kemaluannya. Tak kumengerti kenapa Ronal tidak melepas celana dalam Gina yang tipis dan kecil itu padahal tinggal menarik atau menggeser sedikit tutup kain tipis kecil penutup belahan kemaluan Gina, maka liang kemaluan Gina akan terbuka di hadapannya dan tentu batang kemaluan besar itu dapat menerobos belahan liang kemaluannya. Hanya terlihat tangan Ronal masuk ke dalam celana Gina di bagian pantat dan hanya dengan menggeser kain tipis pada pantat Gina. Jemari Ronal dengan leluasa meremas bongkahan pantat Gina. Saya hanya bermasturbasi ria sambil menonton atraksi yang menggairahkan itu.

Gina terus bergerak di pangkuan Ronal, kedua tangannya merangkul leher Ronal sehingga bukit buah dada Gina tepat berada di muka Ronal. Sementara gerakan pantatnya maju mundur memberikan gesekan pada belahan kemaluannya kadang kepalanya tertunduk dan membuat bukit dadanya menekan muka Ronal saat itu Ronal memberikan sapuan pada bukit tersebut dengan lidahnya. Pada saat kepalanya terlempar ke belakang, Ronal meremas buah dada itu dengan tangan kanannya melakukan gerakan memuntir perlahan puting Gina. Sementara tangan kirinya menyelinap ke belakang bongkahan bokong Gina dan membantu menggerakkan pinggul Gina maju mundur berirama kadang cepat kadang dengan gerakan lembut. Lidah dan mulutnya tak kalah sibuk terus melumat dan menjilati sekujur dada, leher dan muka Gina seperti mandi kucing. Kurang lebih lima belas menit mereka berdua bergerak seperti penari erotis dan akhirnya Gina sepertinya telah ejakulasi dengan keluar air kenikmatannya, terlihat dari gerakannya yang perlahan dan lemas dibahu Ronal. Ronalberbisik dan lalu merebahkan Gina ke kursi panjang itu dengan posisi tetap seperti dalam pangkuan. Maka ketika direbahkan ke kursi posisi Gina dalam keadaan tertindih dengan kakinya yang tetap mengangkang lebar. Sementara kedua paha Ronal berada di antara paha Gina. Batang kemaluan Ronal dalam keadaan menegang tetap berada di belahan kemaluan Gina yang ditutupi celana mini tipis itu.

Tangan Gina memeluk leher Ronal dan bibir mereka kembali saling berpagutan dan terlihat mereka berdua saling bermain lidah. Sementara tangan Ronal tak lepas dari meremas dan membelai bukit buah dada Gina. Lalu Ronal berkata sesuatu ke Gina dan kulihat Gina menggelengkan kepalanya. Yak lama kemudian Ronal perlahan mulai menggerakkan pinggulnya naik turun. Kulihat gerakan itu teratur bergerak naik turun dan kadang menekan. Sementara Gina menengadahkan kepalanya ke atas. Aku tidak tahu apa mereka bersenggama atau hanya eges-eges (gesek gesek) tapi celana dalam Gina tetap berada pada tempatnya. Kalau melihat gerakan mereka persis seperti orang bersenggama tapi kok celana itu? Ronal terus bergerak maju mundur membuatku penasaran dan batang kemaluanku tegang sendiri. Memikirkan itu aku panik juga bagaimanapun dia itu adalah istriku tapi ini kami lakukan hanya untuk untuk membuat dia senang dan mengisi kekosongan di dalam suasana yang BT. Untuk itu aku harus memastikannya aku segera membuka pintu perlahan, tapi ternyata mereka berdua tidak mengetahuinya, pasti karena suara lagu yang diputar cukup keras sehingga mereka tidak tahu dan menyadari adanya kehadiranku di belakangnya.

Dengan berdiri di belakang mereka aku dapat melihat jelas Ronal posisinya dengan bersandarkan pada kedua sikunya sehingga tubuhnya tidak menghimpit badan Gina tapi buah dada Gina tetap saling berhimpitan dengan dadanya. Sedangkan bagian bokong Ronal terus melakukan gerakan memajukan dan menarik pantatnya. Kulihat Gina mengerang dan mendesah perlahan, tapi aku tidak dapat melihat apakah celana dalam Gina digeser kain penutup depan bagian liang kemaluannya atau tidak karena terhalang oleh body Ronal yang tinggi besar, dan memang celana itu tetap berada di tempatnya hanya merosot sedikit ke bawah. Terlihat tali celana itu tidak lagi berada di pinggangnya tapi telah berada di pinggul. Penasaran melihat mereka akhirnya aku merasa yakin mereka hanya gesek- gesek, maka aku rebahan di kamar tidur kurang lebih sepuluh menit aku rebahan menenangkan diri. Ketika telah tenang otakku akhirnya kupanggil Gina ke dalam, " Ginnn..." kataku. Tak ada jawaban , "Ginnn..." kataku lagi. "Yaa..." kata Gina menjawab. Aku rasa dia berdua kaget kalau aku ternyata telah di dalam.

Gina ke dalam dan tersenyum malu dengan wajah merah.
"Kenapa sayang..." kata Gina sambil memelukku.
"Kamu tadi ngapain..." kataku menyelidik sambil memandangnya gemas.
"Kamu kan lihat sendiri..." kata Gina.
"Kamu tidur sini..." kataku menarik dia rebahan di tempat tidur.

Tanpa buang waktu ketika dia belum rebahan kulepas baju kaosnya sehingga tinggal celana dalam mininya. Perlahan kujilati buah dadanya, terasa wangi permen menthol. Memang di depan disediakan permen, tapi terus saja kulumat putingnya. Dia mengerang dan rupanya dia tidak sabar, segera menarik kaosku ke atas serta segera melepaskan celana panjang dan celana dalamku. Rupanya pemanasan yang dilakukan tadi di luar bersama Ronal terlalu lama membuatnya sudah ingin untuk bersenggama. Kejantananku yang sudah menegang segera dipegangnya lalu dihisap dan dilumat ke dalam mulutnya. Kurasa dia begitu terangsang birahinya karena dalam melumat batang kemaluanku semua ditelannya sampai mentok di tenggorokannya. Kadang bijiku dihisap dan lidahnya bermain di sekujur batang kemaluanku sampai ke buah zakarku dijilatinya.

Lidahnya terus bermain-main di ujung kepala kemaluanku dan menggeser-geser belahan lubang kencing kemaluanku. Rasanya... "Uuufff aakkhhh..." desahku. "Gila banget! Kamu sudah konackhh ya.. Ginnn..." erangku keenakan dan terasa geli kadang meriang (coba saja hal itu dengan pasangan anda pasti meriang itu badan). Gila juga Gina kalau sudah panas dia seperti orang di padang pasir. Habis semua kemaluanku dilumatnya, sementara kulihat dicelananya ada gumpalan cairan membasahi kain celana penutup belahan kemaluannya, seperti bulatan. Rupanya dia sudah banjir dari tadi atau bekas sperma Ronal? Penasaran aku tanya dia, "Kamuuu tadi gituan yaaa...?" tanyaku penasaran. "Emmmhh... emmhhhff..." dia tidak menjawab hanya terus melumat batang kemaluanku lebih kuat lagi. Digigitnya kepala kemaluanku pelan dan gemas, "Akkhhh... gilaaa kamuuu..." kataku. Batang kemaluanku mengeras kuat seperti besi balok. Kubiarkan dia memuaskan hasratnya melumat habis kejantananku dari ujung sampai pangkalnya.

Momen ini kunikmati dan segera kubuka celana dalamnya, ternyata kemaluannya telah basah dan lembab. Saat kubelai belahannya masih terasa rapat, jadi mungkin dia belum sampai sejauh itu, pikirku. "Kamu di atas Gin..." kataku menarik badannya ke atas menduduki pinggangku. Perlahan dengan tangannya yang menggenggam batang kemaluanku mulai diarahkannya ke lubang kemaluannya. Kepala kemaluanku perlahan ditekan dengan bibir kemaluannya dan perlahan membelah bibir kemaluannya yang telah basah membuat lebih mudah kepala batang kemaluan itu menyusup belahannya. Terus Gina menekan ke bawah pinggulnya dan, "Akhhh..." erang Gina. "Enaaakkk... aduuhhh pelan-pelan, Oohhhh..." desahnya. "Uufff... yaa enaakk..." desahku keenakan. Pelan-pelan batang kemaluanku makin lama makin tenggelam ke dalam liang kemaluannya. "Akkkh... masuuukkk... ookkhh kontolllu... akkhhggg... ennnakkkk..." erang Gina terpejam. "Gilaaa... liang kemaluan kamuuu... masih rapat Ginnn..." kataku sambil menghentakkan pinggulku ke atas dan menariknya ke bawah perlahan seperti slow motion berulang kali.

Setelah sepuluh kali dengan gerakan itu, terasa telah dengan bebas dan mantap terkendali kemaluanku menyodoknya. Lama kemudian gerakan batang kemaluanku makin mantap menyodok liang kemaluan Gina. Dengan sepenuh tenaga kugerakkan pinggulku naik turun tanpa henti sebanyak dua puluh kali membuat Gina berteriak sambil matanya terpejam histeris, "Aaakk.. akhhh.. akkkhh... oohhkkk... aahhh.. uufff... aduhhhh... giilllaa... aahhh... aadduuhh..." terengah Gina. Sangat bergairah dia dengan gerakanku membuatnya membalas gerakanku dengan hentakan kasar. Gina segera menghentakkan pinggulnya cepat kadang dia melakukan gerakan memutarkan pinggulnya sehingga terdengar bunyi "Brreeoott... brreettt... brreeeoott..." Rupanya telah banjir sekali di dalam liang kemaluannya tapi dinding kemaluannya tetap menjepit batang kemaluanku. "Luar biasa, gila kamuuu hot bangetttt.. Ginnn..." kataku. "Gue mauuu yang kuattt... yang kuattt nekannya ahhkkk.. yang panjang kontolnyaa... akkkhh terusss ngentotin kontolnya... akkgg..." erang Gina histeris. Kurasa Ronal juga mendengar erangan Gina karena pintu kamar tidak kututup ketika Gina masuk tapi biar saja dia terangsang, pikirku.

Selang lima belas menit ternyata gerakannya makin panas saja. Habis sudah kemaluanku dihisap ditarik di dalam liang kemaluannya. Sementara badannya telah keringatan, "Aahh... aaahhkkk... uufff... ennaakk..." desah kami berdua. Kadang aku sengaja mengangkat pantatku tinggi-tinggi dan dia menekan kemaluannya makin ke bawah terus pinggulnya berputar-putar sehingga terdengar bunyi "Breeet brett brrett..." Terasa panas di sekitar batang kemaluanku. Kuat juga aku telah dua puluh menit dengan gerakan yang membuat keringat membanjir tapi sampai saat ini belum terasa juga kalau air maniku akan keluar. Biasanya yaaa dengan gerakan yang seperti biasa paling lama sepuluh menit keluar air maniku. Mungkin karena aku ingin membuktikan bahwa aku juga bisa kuat dari teman baikku. Yang jelas batang kemaluanku dalam keadan stabil menegang terus dan gerakanku tidak berubah. Kadang lembut dengan hentakan yang kuat dan kasar dengan gerakan memutar dan mengocokkan batang kemaluanku terasa seperti membor lubang kemaluannya dan ternyata Gina menyukai gerakan dan hentakan yang kulakukan.

"Giiilaaa.. kamu kuat sekali... tumben tuh... oohh gue puaasss..." desah Gina keenakan dengan tersenyum puas.
"Ya sudah lama ya Gin, nggak beginii..." desahku.
Karena tidak keluar-keluar juga ini air mani, akhirnya kami kecapaian sendiri. Dalam keadaan terengah-engah keenakan kami berhenti sebentar. Akhirnya aku tanya ke dia,
"Bagaimana kalau kita istirahat dulu Gin.." ternyata dia mengangguk setuju dengan muka memerah dan keringat di dahinya menetes. Aku usul lagi,
"Kita keluar yukk... Gin.. kasihan Ronal... sendiri di luar," kataku.
Tanpa bertanya lagi Gina lalu melepas segera batang kemaluanku dari lubang kemaluannya. Rupanya dia juga belum tuntas dan keluar dari kamar berjalan dengan telanjang bulat. Dia keluar sendiri, sementara aku menjadi bengong.

Ternyata Gina tanpa bertanya lagi keluar kamar dalam keadaan badan telanjang bulat. Gillaa! sudah horny dia rupanya. Beraninya dia telanjang bulat menemui Ronal di ruang depan. Aku tersentak, segera ke kamar mandi mencuci kemaluanku yang telah basah oleh karena air kenikmatan dari liang kemaluan Gina. Di kamar mandi aku berpikir ngapain Gina di luar bersama Ronal, tentunya Ronal terkejut dengan kehadiran Gina yang telanjang bulat di hadapannya. Setelah cukup lama di kamar mandi membersihkan diri sekitar kemaluanku. Perlahan aku keluar kamar dan berdiri di pintu. Kulihat sesuatu yang telah membuat aku terkejut. Gila! aku jadi terangsang sendiri melihatnya. Gina ternyata dalam posisi yang sangat seksi sekali. Mungkin Gina telah tinggi birahinya. Sepertinya telah terangsang penuh birahinya dan tanpa malu dan ragu lagi dia dalam posisi menungging. Dalam posisi menungging di atas kursi dalam keadaan telanjang bulat. Terlihat tubuh putih mulusnya dengan lekuk tubuhnya, bokongnya putih mulus dan pinggul yang cukup besar pinggangnya yang ramping. Bokongnya yang tinggi ke atas dan buah dadanya menjuntai keras membentuk bulatan dengan putingnya yang telah mengeras, rambutnya yang hitam dan panjang lurus sebagian tergerai kesampingnya, sebagian lagi menutupi pundaknya yang halus dengan bulu-bulu halus di sekitar pundaknya menambah seksi posisinya. Sementara tangan kiri Ronal mengusap dan membelai serta kadang meremas bongkahan pantat Gina yang sedang menungging itu. Tangan kanan itu meremas buah dada Gina dengan remasan perlahan dengan jemari menjepit puting Gina. Ronal telah menarik celananya sendiri berikut celana dalamnya ke bawah di antara lututnya.

Batang kemaluannya terlihat menegang keras dan besar dengan bulu-bulu kemaluan yang berwarna hitam. Sedangkan kepala kemaluannya berwarna merah dengan diameter ukuran botol Aqua 600 ml. Ukuran batangnya panjang 18 cm, diameter batangnya 6 cm. Terlihat kepala kemaluannya tengah dicium-cium oleh bibir Gina. Gina ternyata sedang asyik menciumi kepala batang kemaluan dan belahan air kencingnya. Dengan posisi menungging, dalam keadaan telanjang bulat, perlahan-lahan mulut itu menelan kepala dan batang kemaluan itu. Hampir tidak muat mulut Gina menelan kepala itu. Mulutnya harus membuka selebar-lebarnya dahulu baru dapat mengulum batang kemaluan Ronal. Perlahan dan tak lama kemudian terlihat kepala Gina naik turun ke atas ke bawah dan kadang lidahnya menjilati batang kemaluan Ronal yang besar. "Aahh ahhh..." desah Ronal terpejam keenakan. Sementara Gina hanya mengerang karena tangan Ronal terus memberi remasan di sekitar kemaluannya. Terlihat tangan kiri Ronal menyusup dari bawah badan Gina dan berhenti jemarinya ketika berada di belahan selangkangan paha Gina. Jarinya bergerak membelai belahan kemaluan Gina yang telah basah.

Setelah kurang lebih lima menit menyaksikan adegan yang mendebarkan jantung, perasaanku berdebar kencang karena terangsang. Aku benar tidak sabar melihat adengan itu. Kemaluanku mengeras kembali malah lebih keras dari yang tadi pada saat bersenggama di dalam kamar. Dalam keadaan telanjang bulat dengan batang kemaluan menegang aku menghampiri mereka. Kulihat mereka kaget, "Oopphss..." kata Ronal kaget. "Sorry nggak tahan..." kataku. Tanpa permisi lagi kuambil posisi di belakang bokong Gina yang polos dan dengan berjongkok di belakang Gina, mulutku langsung menjilati kemaluan Gina. Ternyata Ronal hanya tersentak sedikit tapi dia terus malah mengangkangkan kakinya lebih lebar sehingga belahan kewanitaan Gina itu lebih terkuak membuka, sehingga klitorisnya terlihat dan segera kujilati klitorisnya dan kumainkan lidahku di sekitar klitorisnya. "Aakkhh emhhff ahhh mmhhh aauufff... ahh...Ohh" desah Gina dengan kepalanya yang makin cepat bergerak naik turun di selangkanganku. Sementara tangan keduanya telah meremas buah dada Gina.

Terus kumainkan belahan liang kemaluannya dan kadang lidahku menerobos masuk ke dalam belahannya terus mengkilik-kilik sekitar klitorisnya yang terlihat memerah. "Emmhhpp... emmppphh... ahhh..." dia mengerang keenakan. Kurasakan dia menggerakan pinggulnya dengan irama dangdut, yaitu menggerakkan perlahan bokongnya serta meliuk-liukan badannya dan berkedut-kedut liang kemaluannya, "Emmfff... mmmbhh...oooh" kadang badan Gina di angkat ke atas dengan cara menekan buah dada Gina ke atas. Ketika itu bibir kami berdua saling berpagutan desahnya tidak tahan lagi dan terus tangannya mengarahkan kepala kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya dan perlahan, "Ahhkkk... aah ahhh... oohhh... ennaakknyaaa..." erang dan merintih dalam kenikmatan kemaluanku masuk perlahan. Tak lama batang kemaluanku dalam hitungan detik tenggelam sudah di dalam liang kemaluan Gina yang telah basah dan hangat dinding liang kemaluannya.




"Aahh... aahhh... aahhkk... dorong yang kerass.. aahhkk yaaa... aahkkk dorong terusss.... yyaa... ahkk tekan yang dalammm... eennaakhh..." rintih Gina sambil terus mengikuti gerakan dorongan pinggulku yang menghentakkan batang kemaluanku seluruhnya ke dalam lubang kemaluannya.
"Bleeppss... sleepss... bleebss... slleeppss bblleppss... slleppsss..."
"Aahhh... aahhh…ooHhh eenaaknya... gilaa luaarr biasaa... enakkk ngentotin kamu Giinnn... akkhh..." erangku kenikmatan terasa hangat batang kemaluan.

Dengan posisi kuda-kuda yang sangat mantap kakiku terasa menapak bumi tidak bergeser dalam menggerakkan pinggulku maju mundur sehingga pusat tekanannya dapat kupusatkan kepada batang kemaluanku yang terus menggenjot atau menggelosor keluar masuk belahan liang kemaluannya. Dengan gerakan seperti menyalurkan tenaga dalam maka nafasku dari seputar perut kuatur semua gerakanku sehingga gerakan yang terjadi bukan melalui pikiran tapi telah digerakkan secara otomatis melalui sekitar pinggulku nafasku perlahan dalam satu kali tarikan nafas, aku dapat menghujamkan kemaluanku sebanyak tiga kali atau bisa sampai tujuh kali. Pada saat melepas nafasku, keluar gerakan kulakukan berputar sekitar pinggulku, sehingga otomatis batang kemaluanku melakukan gerakan berputar dua atau berkali-kali di dalam liang kemaluannya.

"Aahkkk... akkhh... gilaaa... gilaaa... akkhhh... okhhh... gilaaa... enakk... enaakk... ahhh... uuuff... adduhh... enaknyaaa... aokhhh..." Gina merintih dan mengerang. Ronal melihat kepadaku dengan pandangan tidak percaya kalau aku dapat melakukan gerakan seperti itu yang membuat Gina kelojotan dan bergetar seluruh persendian badannya. Baru tahu dia, pikirku tersenyum kepadanya dan rupanya membuatnya menjadi terangsang. Kulihat matanya saat itu terbelalak ketika melihat batang kemaluanku keluar masuk teratur dengan nafas yang teratur juga. Batang dan kepala kemaluannya memerah dalam cengkeraman tangan Gina. Batangnya makin lama makin mengeras, karena Gina makin lama dia tidak dapat mengcengkeram diameter batang kemaluan itu. Gina makin mempercepat gerakan tangannya menarik dan melakukan gerakan memutar atau seperti memelintir batang itu. Ternyata Gina hanya tahan sepeluh menit di dalam menghadapi adukan batang kemaluanku yang mengamuk di dalam liang kemaluannya hingga dia melenguh dalam rintihan, "Aahhh... aakkhhh... ooohhhh gueee keluaarr..." badannya bergetar hebat dan matanya terpejam dan mulutnya terbuka menganga lebar.

Ronal terpaku memandang Gina yang ejakulasi dengan badan yang bergetar dan akhirnya Ronal rupanya tidak tahan melihat keadaan yang ada di hadapannya dan yang juga terjadi pada batang kemaluannya. Sehingga matanya membelalak dan lalu terpejam, "Aahhkk aaahhh... ahhkkk..." keluar spermanya di dalam genggaman tangan Gina. Sperma itu meleleh di jari-jari Novi. "Ha.. haa haa..." aku tersenyum penuh kemenangan. Kalah lama dia karena aku sendiri belum apa-apa saat ini. Setelah Gina mengelap tangannya dengan tissue basah, kutarik dia untuk gantian duduk di atas pangkuanku. Dengan posisi saling berhadapan kemaluanku menghujam kembali ke dalam liang kemaluannya dan gantian dia yang bekerja dengan gerakan memutarkan pinggulnya dan gerakan memaju-mundurkan bokongnya dan kadang kurasa liang kemaluannya berdenyut-denyut seperti menghisap batang kemaluanku. Rupanya dia ingin membuatku keluar juga air maniku. Setelah lebih kurang sepuluh menitan dia membuat batang kemaluanku kerja keras. Kulihat dia juga telah mau keluar lagi mengerang.

Dia, "Aahhkk... akhh ahhh gue mauuu keluaarrr... lagii... samaa-samaaa kamuuuu keluarrr jugaa... yaaa..." erang Gina. "Aahhh yyaaa barenggg Gin... guee juga ampirrrr... keluarr... aahhkk aakkhh... yaakkk keluuaaarr... ahkkk akhh..." erang Gina dan aku bersamaan, "Aahhh... giilaa.... eenaakk... puasss gueee," rintih Gina.

Keluar sudah dan tuntas birahi yang menghimpit dan menggunung di dada ini. Ada barangkali lima semprotan spermaku keluar membasahi seluruh rongga dalam liang kemaluannya sampai akhirnya kulepas batang ini. Puas sekali. Setelah berbenah diri, mencuci dan membersihkan bekas-bekas yang ada dan ternyata kami telah memakai ruangan itu selama tiga jam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar